Kamis, 26 November 2015

Kata2 Mutiara John Lennon


1. "Hidup adalah apa yang terjadi ketika Anda sedang
     sibuk membuat rencana lain."

2. "Waktu yang Anda nikmati tidak terbuang sia-sia."

3. "Musik adalah milik semua orang. Hanya penerbit
     yang berpikir bahwa seseorang memilikinya."

4. "Hanya dengan mencoba pakaian orang lain kita  menemukan apa ukuran kita."

5. "Menghasilkan impian Anda sendiri. Jika Anda ingin menyelamatkan Peru, pergi menyelamatkan Peru. Ini sangat mungkin untuk melakukan apa-apa, tetapi tidak jika Anda meletakkannya di pemimpin dan meter parkir. Jangan berharap Carter atau Reagan atau John Lennon atau Yoko Ono atau Bob Dylan atau Yesus Kristus datang dan melakukannya untuk Anda. Anda harus melakukannya sendiri. "

6. "Menyatakan itu. Seperti cara yang sama kita menyatakan perang. Itu adalah bagaimana
    kita akan memiliki kedamaian ... kita hanya perlu menyatakan hal itu."

7. "Surealisme memiliki efek yang besar pada saya karena saya menyadari bahwa
    citra dalam pikiran saya tidak gila. Surealisme bagi saya adalah kenyataan."

8. "Ketika Anda melakukan sesuatu yang mulia dan indah dan tidak ada yang menyadari,
    jangan sedih. Karena matahari setiap pagi adalah tontonan yang indah dan sebelum
    sebagian besar penonton masih tidur."

9. "Kebahagiaan adalah bagaimana perasaan Anda ketika Anda tidak merasa sengsara."

10. "Jika semua orang hanya bisa bahagia dengan diri mereka sendiri dan membuat pilihan
     orang di sekitar mereka, dunia langsung akan menjadi tempat yang lebih baik!"

11. "Kau tahu cara orang mulai terlihat seperti anjing mereka? Nah, kita mulai
     terlihat seperti itu satu sama lain."

12. "Sebuah kesalahan hanya kesalahan, menjadi kesalahan ketika Anda gagal untuk memperbaikinya."

13. Saya percaya pada Tuhan, tapi bukan sebagai satu hal, bukan sebagai orang tua
    di langit. Saya percaya bahwa apa yang orang sebut Allah adalah sesuatu dalam
    diri kita semua. Saya percaya bahwa apa yang Yesus dan Muhammad dan Buddha dan
    semua sisanya mengatakan benar. Hanya saja terjemahannya tidak beres.

14. "Hal dilakukan pada tahun enam puluhan adalah untuk menunjukkan kepada kita
     kemungkinan dan tanggung jawab yang kita semua memiliki. Itu tidak jawabannya.
     Itu hanya memberi kami sekilas kemungkinan."

15. "... Kristen akan pergi. Ini akan lenyap dan menyusut. Saya tidak tahu apa yang
     akan pergi dulu, rock 'n' roll atau Kristen. Kami lebih populer daripada Yesus
     sekarang. Yesus benar semua, tapi murid-Nya yang tebal dan biasa. Mereka memutar
     balikan itu serta merusaknya untuk saya. "

16. "Kita hidup di dunia di mana kita harus bersembunyi kala bercinta, sementara
     kekerasan dipraktekkan di siang hari."

17. "Ketika saya tidak bisa menyanyi dengan hati saya, saya hanya bisa berbicara pikiran saya."

18. "Kalian semua jenius, dan Anda sudah indah. Anda tidak perlu siapa pun untuk
     memberitahu Anda siapa Anda. Anda adalah diri Anda. Dapatkan di luar sana
     dan dapatkan ketenangan, kedamaian berpikir, dan kedamaian hidup dan napas
     perdamaian, dan Anda akan mendapatkannya secepat yang Anda suka. "

19. Saya percaya segala sesuatu sampai itu dibantah. Jadi saya percaya pada peri,
    mitos, naga. Semuanya ada, bahkan jika itu dalam pikiran Anda. Siapa bilang
    bahwa mimpi dan mimpi buruk yang tidak nyata seperti di sini dan sekarang?

20. "Semuanya jelas ketika Anda sedang jatuh cinta."

21. "Saya tidak benar-benar orang karir; aku tukang kebun, pada dasarnya."

22. "Kadang-kadang Anda bertanya-tanya, maksud saya benar-benar heran. Aku tahu
     kita membuat realitas kita sendiri, dan kita selalu punya pilihan, tapi
     berapa banyak yang ditakdirkan? Apakah selalu ada persimpangan jalan,
     dan ada dua jalur yang ditakdirkan sama ditakdirkan Mungkin ada ratusan
     jalur mana orang bisa pergi dengan cara ini atau cara itu -?. ada kesempatan,
     dan itu sangat aneh kadang-kadang "

23. "Perdamaian bukanlah sesuatu yang Anda inginkan; Ini sesuatu yang Anda buat,
     Sesuatu yang Anda lakukan, sesuatu Anda, dan sesuatu yang Anda berikan"

24. "Mengapa di dunia kita di sini? Tentunya tidak hidup dalam rasa sakit dan takut.
     Kenapa kau di sana, ketika Anda di mana-mana-datang dan mendapatkan share."

25. "Kreativitas adalah hadiah. Itu tidak datang serta merta melalui udara."

26. "Masyarakat kita dijalankan oleh orang-orang gila untuk tujuan gila.
     Saya pikir kita sedang dijalankan oleh maniak untuk tujuan gila dan
     saya pikir saya bertanggung jawab untuk menempatkan diri sebagai orang
     gila untuk mengungkapkan itu. Itulah yang gila tentang hal itu."

27. "Cinta itu seperti tanaman yang berharga. Anda tidak bisa hanya menerima
     dan meninggalkannya di lemari atau hanya berpikir itu akan mendapatkan
     tempat dengan sendirinya. Anda harus terus penyiraman itu. Anda harus
     benar-benar menjaganya dan memeliharanya. "

28. "Anda tidak perlu siapa pun untuk memberitahu Anda siapa Anda atau seperti
     apa Anda. Anda adalah diri Anda!"

29. "Tidak ada masalah, hanya solusi."

30. "Tidak ada yang baru di bawah sinar matahari. Semua jalan menuju Roma.
     Dan orang-orang tidak bisa menyediakannya untuk Anda. Saya tidak bisa
     membangunkan Anda. Anda dapat membangunkan Anda. Saya tidak dapat
     menyembuhkan Anda. Hanya Anda yang dapat menyembuhkan Anda . "

31. "Bayangkan semua orang menjalani hidup dalam damai. Anda bisa mengatakan
     bahwa aku seorang pemimpi, tapi aku bukan satu-satunya. Saya berharap
     suatu hari nanti Anda akan bergabung dengan kami, dan dunia akan sebagai satu."



Senin, 16 November 2015

Teresa Teng


Terjemahan bebas

Sumber: https://en.wikipedia.org/wiki/Teresa_Teng



Teresa Teng (29 Januari 1953 - 8 May, 1995) adalah seorang penyanyi pop Taiwan.

Teng dikenal karena lagu-lagu rakyat dan balada romantis. Banyak menjadi standar dalam hidupnya, seperti "Ketika Anda akan kembali?" dan "Bulan Merupakan Hatiku".
Dia merekam lagu-lagu tidak hanya dalam Bahasa Mandarin, tetapi juga Taiwan Hokkien, Kanton, Jepang, Indonesia dan Inggris.

Teng, penderita asma seumur hidup, meninggal pada tahun 1995 karena Serangan pernafasan parah saat liburan di Thailand. Usianya 42 thn ketika itu.


Kehidupan sebelumnya
--------------
Teresa Teng lahir di Desa Tianyang (田 洋村), Baozhong Township, Yunlin,
Taiwan pada tanggal 29 Januari 1953, dari orang tua asal Cina daratan.
Ayahnya adalah seorang tentara Angkatan Bersenjata di Republik Cina
dari Daming, Hebei dan ibunya dari Dongping, Shandong. Dia adalah
satu-satunya gadis, dengan tiga orang kakak dan seorang adik. Dia
bersekolah di SMA Putri Ginling (私立 金陵 女中) di Sanchong Township,
Taipei County.

Sebagai anak muda, Teng memenangkan penghargaan untuk bernyanyi di
kompetisi bakat. Hadiah besar pertama adalah pada tahun 1964 ketika
dia menyanyikan "Visiting Yingtai" dari Shaw Brothers Huangmei film
opera, The Love Eterne, di sebuah acara yang diselenggarakan oleh
Broadcasting Corporation of China. Dia segera mampu mendukung
keluarganya dengan bernyanyi. Naiknya ekonomi manufaktur Taiwan
pada tahun 1960 membuat pembelian rekaman lebih mudah untuk banyak
keluarga. Dengan persetujuan ayahnya, dia berhenti sekolah tinggi
demi mengejar bernyanyi profesional.


Karier
-------------

Gaya bernyanyi Teng menggambarkan kesederhanaan dan ketulusan.
Yeh Yueh-Yu, seorang profesor Teori Budaya di University of
Southern California mengatakan, "Itu adalah manis dalam suaranya
yang membuatnya terkenal. Dia memiliki suara yang sempurna untuk
lagu rakyat dan balada, dan dia menambahkan stylings lagu rakyat
tradisional ke komposisi gaya Barat. "Suaranya juga digambarkan
sebagai" seperti menangis dan memohon, tetapi dengan kekuatan,
mampu menarik dan menghipnotis pendengar. Kata Songwriter Tsuo
Hung-yun suara Teng adalah "tujuh bagian manisnya, tiga bagian
air mata."

Ketenaran Teng diperoleh pertama-tama pada tahun 1968 ketika
kinerja populer Program musik Taiwan membuatnya kontrak rekaman.
Dia merilis beberapa album dalam beberapa tahun ke depan di bawah
label 'Life Records'. Pada tahun 1973 ia mencoba untuk memecahkan
pasar Jepang dengan menandatangani dengan label Polydor Jepang
dan mengambil bagian dalam Jepang Kohaku Uta Gassen, bernyanyi
sepanjang tahun dalam pertandingan seniman yang paling sukses.
Dia dijuluki "Best New Singing Star".
Menyusul kesuksesannya di Jepang, Teng mencatat beberapa lagu
Jepang, termasuk hit asli seperti "Berikan diri Anda untuk aliran
Waktu" (時 の 流 れ に 身 を ま か せ Toki no Nagare ni Mi wo Makase?)
Yang kemudian dalam versi Mandarin sebagai "Aku Hanya Perhatian
Tentang kamu".

Pada tahun 1974 lagu "Bandara" (空港) menjadi hit di Jepang.
Popularitas Teng di Jepang terus meskipun sebentar dilarang
negara pada tahun 1979 karena memiliki paspor Indonesia palsu
yang ia dibeli dengan harga US $ 20.000.
Dalih itu tampaknya diperlukan karena istirahat resmi dalam
hubungan antara Taiwan dan Jepang yang terjadi tak lama setelah
Republik Rakyat China menggantikan ROC di PBB.

Popularitas Teng meledak pada 1970-an setelah sukses di Jepang.
Lagu2 Teng dalam bahasa Mandarin, Kanton, Jepang dan Inggris,
menyebar ke Malaysia dan Indonesia. Di Taiwan ia tidak hanya
dikenal sebagai ekspor pulau paling populer, tetapi sebagai
"kekasih prajurit" karena sering nya pertunjukan untuk prajurit.
Karena Teng adalah anak dari keluarga militer.
Konsernya untuk pasukan menampilkan lagu-lagu rakyat Taiwan yang
menarik penduduk asli pulau serta lagu-lagu rakyat Cina yang
menarik rindu pengungsi perang saudara.

Pada awal 1980-an, terus ketegangan politik antara China dan Taiwan
lagu2 musiknya, bersama dengan penyanyi lainnya dari Taiwan dan
Hong Kong, yang dilarang selama beberapa tahun di Cina sebagai
terlalu "borjuis". Popularitasnya di China terus tumbuh tetap berkat
pasar gelap. Lagu2 Teng terus dimainkan di mana-mana, dari klub malam
ke gedung2 pemerintah, larangan musiknya segera dicabut.
Fans nya menjuluki dia "Sedikit Deng "karena dia memiliki nama
keluarga yang sama seperti Deng Xiaoping, ada pepatah bahwa "Deng
pemimpin Komunis diperintah oleh hari, tetapi Deng penyanyi diperintah
oleh malam.

Kontrak Teng dengan Polydor berakhir pada tahun 1981. Dia menandatangani
kontrak dengan Taurus Records pada 1983 dan membuat penampilan comeback
sukses di Jepang. Pada tahun 1983 Taurus merilis album, Dandan Youqing.
Album ini terdiri dari pengaturan dari 12 puisi dari Tang dan Song dinasti.
Musik, ditulis oleh komposer hits sebelumnya dia, dicampur gaya modern
dan tradisional Timur dan Barat.

Single paling populer dari album saat ini "Kami Berharap Berakhir
Selamanya". Jumlah hits dirilis di tahun dari 1984-1989 membuat "Teresa
Teng Golden Years" untuk banyak fans-nya. Selama ini, ia memenangkan
All-Japan Record Awards selama empat tahun berturut-turut (1984-1988).
Teresa Teng juga terkenal sebagai salah satu penyanyi wanita top di
dunia oleh majalah TIME. Namun, tidak ada artikel di website Majalah
TIME sehingga keandalan laporan tersebut dipertanyakan.

Gunther Mende, Mary Susan Applegate dan permen de Rouge menulis lagu
berjudul The Power of Love untuk Jennifer Rush. Teresa Teng menutupinya
dan membuatnya terkenal di wilayah Asia. Dia awalnya menyanyikannya
dalam Konser dirinya terakhir di Tokyo - 8 tahun sebelum dinyanyikan
dan dirilis oleh Celine Dion.

Teng saat di Paris selama 1989 protes mahasiswa Tiananmen atas nama
siswa dan menyatakan dukungannya. Pada tanggal 27 Mei 1989, lebih dari
300.000 orang menghadiri konser yang disebut "lagu Demokratik
didedikasikan ke Cina" (民主 歌聲 獻 中華) di Happy Valley Racecourse di
Hong Kong. Salah satu yang menarik adalah dia membawakan lagu
"Rumahku berada di Sisi Lain dari gunung."

Meskipun Teng tampil di banyak negara di seluruh dunia, ia tidak pernah
melakukannya di China. Partai Komunis China akhirnya mengundang dia
untuk melakukannya di tahun 1990, tapi dia tidak pernah melakukannya.


Kematian dan peringatan
-------------------------

Teng meninggal karena serangan asma yang parah, meskipun dokter dan
pasangannya Paul Quilery telah berspekulasi bahwa ia meninggal
karena serangan jantung akibat efek samping dari overdosis agonis
dari adrenergik saat liburan di Chiang Mai, Thailand, pada usia 42
(43 tahun China) pada tanggal 8 Mei 1995. Quilery sedang membeli
bahan makanan ketika serangan itu terjadi. Dia juga menyadari bahwa
Teresa mengandalkan obat yang sama dalam dua bulan sebelum kematiannya
akibat serangan kecil. Teresa adalah seorang penderita asma sepanjang
hidup dewasanya. Teng diberi kehormatan negara pada pemakamannya di Taiwan.
Presiden Lee Teng-hui adalah hadir di antara ribuan orang.

Teresa Teng dimakamkan di sebuah makam gunung di Chin Pao San, sebuah
pemakaman di Jinshan, New Taipei City (kemudian Taipei County) menghadap
pantai utara Taiwan. Kuburan, fasilitas patung Teng dan keyboard piano
besar elektronik ditetapkan dalam tanah yang dapat dimainkan oleh
pengunjung yang menginjak tombol. Memorial sering dikunjungi oleh
penggemarnya.

Sebuah rumah yang dia beli pada tahun 1986 di Hong Kong di No 18 Carmel
Street, Stanley juga menjadi situs penggemar populer segera setelah
kematiannya. Berencana untuk menjual rumah untuk membiayai museum
di Shanghai dibuat dikenal pada tahun 2002, dan kemudian dijual untuk
HK $ 32 juta. Hal ditutup pada apa yang akan menjadi ulang tahun ke-51
nya pada tanggal 29 Januari 2004.

Untuk memperingati ulang tahun ke-10 kematiannya, Yayasan Pendidikan
dan Kebudayaan Teresa Teng meluncurkan kampanye berjudul "Merasa
Teresa Teng". Selain menyelenggarakan konser ulang tahun di Hong Kong
dan Taiwan, penggemar memberi penghormatan di kuil nya di Chin Pao San
Cemetery. Selain itu, beberapa gaun nya, perhiasan dan barang-barang
pribadi ditempatkan pada pameran di Yuzi Paradise, sebuah taman seni
luar Guilin, China.
Yayasan ini juga menjabat sebagai keinginannya untuk mendirikan sekolah
atau lembaga pendidikan.

Pada bulan Mei 2002, patung lilin dari Teng diresmikan di Madame Tussauds Hong Kong

Pada bulan April 2015, satu set dari empat perangko menampilkan Teng yang
dirilis oleh Chunghwa Post.


Kehidupan pribadi
-------------------

Teng telah menjaga kehidupan pribadinya dari publik sejak tahun 1987, takut bahwa
itu akan membahayakan karirnya. Dia memiliki hubungan yang gagal dengan anak
seorang taipan judi Malaysia yang berakhir dengan kematiannya ketika dia sekitar 19.

Pada tahun 1982, Teng bertunangan dengan Beau Kuok, seorang pengusaha Malaysia dan
anak multi-miliarder Robert Kuok. Mereka bertemu pada tahun 1978, tapi Teng
membatalkan pertunangan karena perjanjian pranikah yang menyatakan bahwa ia harus
berhenti dan memutuskan semua hubungan dengan industri hiburan, serta sepenuhnya
mengungkapkan biografi dan semua nya hubungan masa lalu secara tertulis.

Teng juga memiliki profil tinggi dikabarkan punya hubungan dengan Jackie Chan,
yang mengakibatkan dalam pertunjukan perpisahan gagal pada Nikmati Dirimu Malam
ini dalam usahanya memudar dari bisnis hiburan.

Pada tahun 1989, Teng bertemu seorang fotografer Perancis Quilery Paul Puel Stephane
(Paul) di Paris. Mereka menghabiskan 7 tahun bersama sampai kematiannya. Paulus
mengungkapkan pada wawancara dengan Carol Cheng 3 tahun setelah kematiannya bahwa
mereka bertunangan dalam sebuah kuil di Chang Mai, Thailand pada tahun 1995 dan
berencana untuk menikah pada bulan Agustus 1995.

Minggu, 06 September 2015

Jenderal-jenderal keturunan Cina


Selama Orde Baru, ada dua profesi yang konon tak boleh disentuh oleh
mereka yang beretnis Tionghoa. Menjadi pegawai negeri sipil atau
tentara. Itulah sebabnya, mereka umumnya memilih menjadi pedagang
sebagai profesi.

Tapi cerita itu tak sepenuhnya benar.
Nyatanya, ada sejumlah warga keturunan Tionghoa yang dengan cara dan
tekadnya sendiri sengaja mendarmabaktikan diri menjadi tentara. Bahkan
beberapa di antaranya mencapai jenjang kepangkatan hingga jenderal.

Berikut beberapa perwira Tionghoa yang mencapai jenjang kepangkatan
tinggi seperti dihimpun Majalah Detik dari www.kodam-tanjungpura.mil.id
dan sumber-sumber lain:

1. Letnan Jenderal TNI Kuntara ( terkenal sebagai jenderal tempur
berani Jenderal Koppasus )
Alumnus Akademi Militer 1963 ini seangkatan dengan mantan Kepala Staf
TNI Angkatan Darat Jenderal Wismoyo Arismunandar, mantan Gubernur Jawa
Timur Basofi Sudirman, dan mantan Pangdam Udayana Letjen Sintong
Panjaitan. Kuntara turut dalam Operasi Woyla untuk membebaskan para
sandera dalam pesawat Garuda Indonesia yang dibajak di Bangkok,
Thailand, 1981.
Selain menjadi Komandan Jenderal Kopassus (1988-1992), dia pernah
menjabat Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat
(1992-1994). Setelah pensiun dari ketentaraan, dia dipercaya menjadi
Duta Besar RI untuk China. Sebagai lulusan SMA berbahasa China di
Bandung, dia sangat fasih berbahasa Mandarin.

2. Brigadir Jenderal TNI Teguh Santosa (Tan Tiong Hiem)
Alumnus Akademi Militer Nasional 1963, Korps Peralatan. Jabatan
terakhir adalah Wakil Asisten Perencanaan Kepala Staf Angkatan Darat
(1993-1995).

3. Mayor Jenderal TNI Iskandar Kamil (Liem Key Ho)
Alumnus Akmil 1964, kini menjadi hakim agung. Dia pernah menjadi
Kepala Badan Pembinaan Hukum TNI. Pada Agustus 2006, Iskandar
menghukum mati enam dari delapan terdakwa kasus penyelundupan heroin
seberat 8,2 kilogram dari Bali ke Australia, yang dikenal dengan
sebutan Bali Nine. Juga menghukum mati Hengky Gunawan pemilik pabrik
narkotik di Surabaya.

4. Brigadir Jenderal TNI Teddy Yusuf (Him Tek Ji)
Lulusan Akmil 1965 ini pernah menjadi Wakil Komandan Batalion
Infanteri 507 Kodam V Brawijaya, Komandan Detasemen Tempur RTP 16 di
Timtim, Komandan Kodim 0503 Jakarta Barat, Asisten Perencanaan Kodam
IV Diponegoro, Komandan Korem 131 Santiago, Manado. Terakhir, anggota
Fraksi ABRI di Dewan Perwakilan Rakyat (1995-1999). Kini dia aktif di
Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia.

5. Mayor Jenderal TNI Bambang Soembodo
Lulusan Akmil 1965, Korps Infanteri. Lama berkarier di Kopassus,
jabatan terakhir Bambang adalah Asisten Logistik Kepala Staf Umum TNI
(1996-1999). Dia pernah menjadi Asisten Personel Komandan Jenderal
Kopassus, Komandan Yonif Linud 328/Kujang II Kostrad (1978-1979).

6. Marsekal Pertama TNI Ir Billy Tunas, MSc
Lulusan Sekolah Komando Kesatuan Angkatan Udara ke-30 dan Naval Post
Graduate School 1978. Jabatan terakhirnya adalah Kepala Pusat Data dan
Informasi Departemen Pertahanan (1992-1993).

7. Brigadir Jenderal TNI Paulus Prananto.
Alumnus Akmil 1970 ini pernah melanjutkan studi di US Naval Post
Graduate School dan lulus pada 1990. Jabatan terakhirnya adalah Kepala
Pusat Data dan Informasi Departemen Pertahanan (1999-2002).

8. Laksamana Pertama TNI FX Indarto Iskandar (Siong Ing)
Alumnus Akademi Angkatan Laut 1971, seangkatan dengan mantan Menteri
Perhubungan Laksamana Madya Freddy Numberi. Pernah bersekolah di US
Naval Post Graduate School, Monterey, California, 1996. Pernah menjadi
Kepala Biro Perencanaan Sekretariat Jenderal Departemen Pertahanan.

9. Mayjen TNI dr Daniel Tjen, SpS
Kini menjabat Kepala Pusat Kesehatan TNI. Menjadi anggota TNI melalui
Sekolah Perwira Militer Wajib ABRI, 1984. Daniel pernah bertugas di
Timor Timur selama enam tahun. Lalu masuk ke Kostrad, dan bertugas di
lingkungan Kodam III Siliwangi.

10. Kolonel Surya Margono alias Chen Ke Cheng (Tjhin Kho Syin)
Lelaki kelahiran Mempawah, Kalimantan Barat, 5 Desember 1962, ini
merupakan lulusan Akabri Udara pada 1987. Dia terlahir dari pasangan
Bong Chiukhiun (ibu) dan Tjhin Bitjung (ayah). Sebelum menjadi Atase
Pertahanan di KBRI Beijing, Cina, sejak 10 September 2009, kariernya
banyak dihabiskan di Angkatan Udara dan Bais (Badan Intelijen
Strategis) ABRI.

10 Perwira Berdarah Tionghoa di Masa Indonesia Modern - Lintas Publik
Lintas Publik : Berbagi Untuk Negeri Memberikan Investigasi Dan
Advokasi Kepada Masyarakat

lintaspublik.com | By LintasPublikDotCom


Selasa, 03 Maret 2015

Tender Siluman, Sebuah Kejahatan Terorganisasi


Senin, 2 Maret 2015 | 05:45 WIB

                                          Rhenald Kasali
                                     (@Rhenald_Kasali)

KOMPAS.com - Mulanya saya tidak percaya  sewaktu seseorang yang ikut dalam proses lelang di sebuah pemprov diancam akan ditusuk. Bukan cuma diancam.

Di Bogor tahun 2008 seorang peserta lelang ditusuk betulan begitu ia memasukkan berkas penawaran (Pikiran Rakyat, 28/7). Lalu di Riau, panitia lelang juga ditusuk mafia lelang. Tetapi begitu membaca berita tentang pemenang-pemenang tender siluman di Pemprov DKI beserta lokasi kantornya beberapa hari ini, menjadi amat jelas.

Terang saja kita sering merasa pemerintah tidak hadir. Jalan-jalan di kampung diurus warga sendiri-sendiri, swasembada. Supaya kampungnya aman, warga  harus mencantol kabel PLN secara ilegal dengan lampu neon urunan warga.

Kita juga sering melihat betapa “bodohnya” pemerintah memberikan hibah peralatan yang sama sekali tak bisa dipakai. Pengusaha UMKM mendapat alat potong tempe, tetapi pisaunya kebesaran. Rumah sakit mendapatkan alat-alat kesehatan, tetapi jarumnya setebal jarum suntik  sapi, sarung tangan operasi untuk ukuran tangan orang Afrika, atau plester operasi yang lengket. Praktik seperti itu sudah lama kita dengar dan lihat sendiri.

Di kampung tempat saya tinggal di Jatimurni-Bekasi, warga masyarakat menaruh kaleng-kaleng sumbangan untuk merawat para janda dan anak yatim yang seharusnya diurus negara. Keamanan, sampah, penerangan, kegiatan sosial, bahkan pendidikan dan lingkungan hidup, hampir semuanya diurus warga tanpa keterlibatan pemerintah.

Tapi kalau hal ini ditanyakan pada gubernur atau walikota, mereka tidak terima. Pasalnya, Pak Guberbur atau Pak Wali (merasa) sudah bekerja keras.

Sekarang borok-borok yang sudah lama kita rasakan itu dibuka oleh Gubernur DKI. Saya berharap kita tidak buru-buru menutup kasus ini. Kita harus memasang lampu terang-terang di tengah-tengah sarang tikus, memasang jerat yang kuat dan memasang sistem pencegahan baru yang tak bisa lagi ditembus oleh siluman-siluman liar. Negeri ini tengah disandera para "mafioso" dari atas sampai ke bawah.

Penjahat Mengusir Si Baik

Hampir semua kontraktor tahu persis bahwa sebagian besar (sekitar 90 persen) peserta lelang barang-barang dan jasa pemerintah adalah pengusaha abal-abal. Selain alamat kantornya tidak jelas, pengurusnya pun tak banyak dikenal. Apalagi kehandalan teknisnya. Mereka umumnya punya beberapa bendera (perusahaan) yang dipakai dengan satu tujuan: memenangkan lelang.

Pada saat memasukkan dan pembukaan dokumen lelang yang dilakukan secara terbuka, mereka pun mengutus orang-orang berwajah garang. Kata-kata mereka sangat pedas, membuat nyali orang-orang baik cepat ciut. Jumlah mereka amat banyak. Kuat membentak, bahkan mengancam peserta lelang baru yang bersusah payah membangun reputasi dan kualitas.

Tetapi jangan salah, ada juga di antara mereka yang bertugas menggarap orang-orang baik itu agar bersiap-siap menjadi subkontraktor. Kadang mereka bekerjasama dengan panitia lelang. Maksud saya, kalau tak bisa diajak bekerjasama, mereka pun diberi ancaman yang serius.

Anda mungkin pernah membaca, panitia lelang di Riau yang ditusuk oleh seorang peserta lelang yang merasa terancam karena ia menduga panitia punya jagoan lain.

Jadi panitia lelang boleh saja punya “jagoan” calon pemenang. Tetapi pemenang yang sebenarnya tidak bisa lain selain para pemain yang sudah memasang pasukan lapangan tadi. Karena kewalahan, tak jarang terbentuklah sebuah persekongkolan. Pengusaha-pengusaha baik dikalahkan mafia, yang mengatur lelang bersama panitia.

Bila dulu subkontraktor bisa menerima 70 persen dari nilai proyek, maka pengamatan saya, kini mereka hanya menerima sekitar 30 persen saja. Maka tak heran kalau sekolah-sekolah yang tak memerlukan UPS dipaksa menerima barang yang harga sebenarnya hanya beberapa juta rupiah saja yang telah di mark up menjadi Rp 5 miliar hingga Rp 6 miliar.

Mengapa saya ingin agar kasus yang tengah terjadi di DKI ini dibuat terang benderang? Jawabnya adalah karena penyakit ini sesungguhnya merata terjadi di hampir semua provinsi dan kabupaten.

Setidaknya ada tiga dampak besar. Pertama, barang-barang yang diberikan negara bukanlah barang yang dibutuhkan rakyat, yang berakibat rakyat tak pernah merasakan kehadiran pemerintahnya.

Kedua, negara selalu dirugikan. Harga yang dibayar sangat mahal untuk barang berkualitas sangat buruk. Bayangkan saja nilai sebesar Rp 1,302 triliun yang dipakai untuk membangun kawasan Pusat Pendidikan, Pelatihan dan Sekolah (P3SON) atlet di Hambalang, akhirnya berakhir dengan terbengkalainya proyek tersebut.

Ketiga, pemain-pemain itu semakin kuat, semakin membesar akumulasi modalnya dan merasuk ke pusat-pusat pengambilan keputusan di atas. Kalau gubernur/ bupati atau walikota bersih, mereka akan menekan panitia-panitia lelang hingga satu level di bawah kepala dinas. Kalau mereka sudah dikawal oleh e-procurement dan sulit dimanipulasi, maka mereka akan membeli orang-orang di legislatif.

Kalau e-budgeting sudah terjadi, maka terjadilah upaya-upaya pemakzulan. Tak mustahil pula mereka sudah punya cukup uang untuk "nyaleg" dan terpilih, sehingga banyak yang telah menjadi bagian dari legislator atau pejabat yang sudah sering kita dengar peranannya.

Inilah sebenarnya musuh besar Republik Indonesia pasca-reformasi yang harus kita perangi bersama-sama. Saya ingin mengajak orang-orang partai politik yang merasa dirinya masih bersih untuk ikut berperang melawan para begal yang merusak nasib jutaan warganya lewat proses lelang.

Kita, warga negara Indonesia , bukan tengah membela Ahok, melainkan membela kepentingan kita sebagai warganegara. Janganlah kita pura- pura bodoh membaca kejadian ini hanya karena kita melihat dengan kacamata kepentingan atau ideologis. Ini adalah sebuah kejahatan terorganisir.
 


Prof Rhenald Kasali


Prof. Rhenald Kasali adalah Guru Besar Ilmu Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia . Pria bergelar PhD dari University of Illinois ini juga banyak memiliki pengalaman dalam memimpin transformasi, di antaranya menjadi pansel KPK sebanyak 4 kali, dan menjadi praktisi manajemen. Ia mendirikan Rumah Perubahan, yang menjadi role model dari social business di kalangan para akademisi dan penggiat sosial yang didasari entrepreneurship dan kemandirian. Terakhir, buku yang ditulis berjudul Self Driving: Merubah Mental Passengers Menjadi Drivers.


__._,_.___

 

Sabtu, 07 Februari 2015

Orang Tionghoa di Indonesia


(Prof.DR Han Hwie-Song)
Peranakan dan Totok !!!

Baiklah saya ceritakan disini yang sebenarnya diartikan sebagai Peranakan dan Totok untuk jelasnya.

Peranakan adalah suatu perkataan yang tidak jelas, bisa peranakan Tionghoa, Belanda, Arab yang umumnya ada di Indonesia. Tetapi karena jumlahnya Peranakan Tionghoa paling banyak dan media massa banyak menulis tentang persoalan integrasi dan asimilasi, maka kalau kita mengatakan sebutan Peranakan yang dimaksud adalah peranakan Tionghoa, Maka saya pakai sebutan itu dengan arti yang terakhir ini.

Tionghoa Peranakan adalah Orang Tionghoa yang turun menurun sudah tinggal di Indonesia, pendatang ke Nusantara yang terdahulu. Diantara mereka ada banyak yang mempunyai darah Indonesia dari pihak ibu. Karena waktu itu wanita dilarang ikut serta berimigrasi keluar negeri, lagipula oleh kerajaan Tiongkok pada waktu itu melarang penduduknya berimigrasi keluar negeri dan kalau tertangkap hukumannya berat. Sampai di Nanyang mereka “menika”dengan wanita pribumi, dari suku Jawa, Bali atau Sunda dsb. Anak-anak mereka berbicara bahasa ibunya dan putri-putrinya berpakean sarung kebaya. Orientasinya adalah pada negara dimana mereka tinggal, dalam hal cerita saya ini adalah Negara Indonesia . Kemudian generasi mudanya tetap menikah dengan sukunya yang dinamakan Hua Yi atau Hua Ren; keturunan Hua Yi ini jarang sekali menikah dengan orang pribumi. Karena itu mereka mempertahankan identitasnya yang telah tercampur dengan identitas negara atau daerah dimana mereka tinggal. Ada pula yang menikah dengan kaum elite ( bangsawan – Priyayi ) Indonesia , keturunannya memakai nama Indonesia dan menjadi Pribumi. Yang terakhir ini dulu sering bertemu di Prajekan dengan keluarganya yang tergolong Peranakan (daerah Prajekan ingatan saya, kalau salah harap dimaafkan), kebanyakan orang-orang pribumi ini tergolong Priyayi dan Huayinya tergolong kaum intelektual. Contoh yang lain ialah Bapak mantan presiden Abdulrachman Wahid beliau mengatakan bahwa dirinya adalah keturunan Hakka. Saya juga pernah bercakap-cakap dengan seorang guru besar di Surabaya , seorang pribumi, beliau mengatakan pada saya:”pak Han saya baru saja datang dari RRT, yah ini karena saya mau melihat roots ( akar ) saya. Leluhur saya kan orang Tionghoa.” Saya mengangguk-angguk pertanda setuju pada perkataan beliau itu. Pendatang-pendatang yang baru, menikah dengan nyonya-nyonya keturunan Tionghoa yang sudah ada di Indonesia .
Di Indonesia juga di Malaysia dan Singapura, orang-orang ini dipanggil Peranakan atau lebih khusus lagi yang laki dipanggil Baba dan yang wanita dipanggil Nyonya. Saya membicarakan mereka yang tinggal di Indonesia untuk memperkecil ruangan yang kita bicarakan. Mereka ini umumnya tidak pandai lagi apa bahasa Tionghoa, dirumah mereka dengan keluarganya bicara dalam bahasa lokal atau yang Tempo Doeloe dikatakan Bahasa Melajoe Tionghoa,
Mereka sudah mengambil banyak identitas Indonesia, karenanya kebudayaannya sudah campuran . Nyonya doeloe pakai Sarong Kebaya. Tetapi lain motifnya dengan sarung orang pribumi, sarung ini dinamakan Sarong Nyonya dan terutama dibuat di Pekalongan. Karena keaktifan Nyonya dalam masak-memasak maka banyak masakan yang disebut masakan Nyonya, seperti lontong cap go meh, bak-cang, kwee-cang, lemper dsb.
Karena sudah beberapa generasi tinggal di Indonesia , dan waktu itu komunikasi yang masih belum semaju sekarang, maka mereka pada umumnya sudah tidak punya lagi keluarga di Tiongkok ( kehilangan akar/root nya ) dan orientasinya ialah Negara Indonesia, dimana mereka menetap. Dijaman Doeloe mereka sekolah Belanda, karenanya bisa meneruskan pelajarannya ke universitas dan banyak diantara mereka yang tergolong intelek seperti dokter, insinyur, ekonom, pengacara,  dan guru sekolah, sedikit yang berdagang kebanyakan dari mereka bekerja sebagai pegawai di perusahaan internasional, bank dan perusahaan orang Tionghoa lainnya.

Tionghoa Totok adalah mereka yang datang ke Indonesia sesudah wanita juga diperbolehkan oleh kerajaan Ching untuk bepergian keluar negeri dan para suami diijinkan untuk membawa istrinya. Dalam keluarga mereka tetap bicara bahasa Tionghoa, dialek asal dimana mereka datang dari Tiongkok. Anak-anak mereka tetap sekolah Tionghoa, karena lulusan sekolah Tionghoa tidak diakui baik oleh pemerintah Belanda maupun pemerintah Indonesia . Maka mereka yang lulus pada jaman  Tempo Doeloe dari sekolah menengah tidak bisa meneruskan ke universitas dan untuk mempertahankan penghidupannya banyak dari mereka berdagang. Sesudah berdirinya Res Publica di beberapa kota-kota besar diantaranya Jakarta ( sekarang bernama Universitas Trisakti – Jakarta ) dan Surabaya, mereka bisa meneruskan studinya di universitas Res Publica. Dalam bidang perdagangan, karena mereka giat bekerja, bisa bekerja sama diantara mereka dari satu provinsi dan sifat-sifat yang menghemat banyak diantaranya sukses dalam bisnisnya.
Jelas mereka mempertahankan kebudayaan Tiongkok dan orientasi mereka terutama pada Tiongkok. Mereka masih mempunyai keluarga dekat di Tiongkok dan yang mempunyai uang sering berkunjung ke Tiongkok untuk mengunjungi keluarga dan teman-temannya. Anak-anak mereka pada jaman sesudah berdirinya Republik Rakyat Tiongkok, karena sokolahan mereka tidak diakui oleh pemerintah, karena guru-gurunya tidak dianggap berkwalifikasi sebagai guru, karena lulusan sekolah menengah mengajar disekolah menengah juga. Banyak generasi mudanya, karena masih berorientasi kuat ke negara leluhur mereka , maka untuk meneruskan pelajarannya mereka Wei-guo (pulang ke negeri leluhur) tidak ke Singapore atau Malaysia atau Taiwan, meskipun mereka harus menanda-tangani perjanjian tidak boleh menetap kembali di Indonesia. Orang Tionghoa Totok ini karena mempunyai sifat provinsialisme yang kuat maka mereka menikah antar sukunya sendiri, yaitu orang Hok Jia menikah dengan orang Hok Jia dan orang Hakka menikah dengan orang Hakka dsb.

Dalam sejarah Hua Yi pada jaman Hindia Belanda dan kemudian pada Jaman Indonesia merdeka terjadilah kerja sama yang erat antara Golongan Peranakan didikan Barat dan Golongan Totok dari berbagai provinsi dan kota . Kita di Indonesia senantiasa mendengar bahwa Penguasa Belanda memberikan privelege, fasilitas, keuntungan bagi orang Tionghoa, tetapi sejarah memperlihatkan keadaan yang tidak demikian. Orang Tionghoa sangat dibatasi kemungkinan dan ruang geraknya, ke-mobil-annya untuk usaha. Orang Tionghoa seperti diatas telah saya bahas, tetapi baiklah saya ulangi lagi untuk jelasnya. Setiap orang Tionghoa yang berpergian, meninggalkan Pecinan harus meminta ijin dari penguasa Belanda, dimana ditulis pergi kemana, dan jam yang ditentukan harus sudah pulang. Kalau mereka pergi tanpa surat ijin bisa ditahan oleh polisi. Ini sangat menghalangi perdagangan orang Tionghoa. Dengan ijin surat jalan dapat kita analisa bagaimana sukarnya bagi pedagang untuk mempromosikan perdagangannya, mengerjakan marketingnya dan pengurusannya. Contoh kedua dari diskriminasi penguasa Belanda terhadap orang Tionghoa ialah dalam bidang pendidikan. Bagi orang Tionghoa yang kaya atau anak-anak dari opsir-opsir Tionghoa, mayor, kapten, letnan (pengangkatan orang Tionghoa oleh pemerintah Hindia Belanda untuk mengurus masyarakat Tionghoa diberi gelar militer tetapi bukan militer) sekolah disekolah-sekolah Barat swasta. Pemerintah tidak memperdulikan pendidikan orang Tionghoa, padahal bagi anak-anak pribumi diadakan sekolahan khusus pada tahun 1871.
Pemimpin-pemimpin Tionghoa Peranakan didikan Barat, diantaranya ada seorang yang terkenal kaya raya dan bekerja untuk masyarakat Phoa Keng Hek menunjukkan ketidak puasannya terhadap hukum yang diskriminatif ini. Mereka membalas dengan mendirikan organisasi massa Tiong Hoa Hwee Kuan pada tahun 1900, terkenal dengan singkatan THHK. Dalam pengurusan THHK terdapat orang-orang Totok. Tujuan dari THHK ialah pendidikan, merubah kebiasaan-kebiasaan hidup yang merugikan masyarakat Tionghoa dan keluarganya, seperti menghisap candu, pergi ke tempat pelacuran, menghambur-hamburkan uang pada waktu pesta perkawinan, kematian dsb. Mempropagandakan ajaran Guru Besar Kong Fu Zi, dan mendirikan sekolahan-sekolahan yang modern untuk memenuhi kebutuhan perdagangan bagi orang Tionghoa.
Pendirian THHK adalah satu reformasi yang besar, satu impak bagi kedinamikan orang-orang Tionghoa dalam bidang sosial, budaya dan perdagangan. Sekolahan-sekolahan itu berbahasa pengantar bahasa  Mandarin, mempromosikan budaya Tionghoa dan guru-gurunya adalah orang-orang Totok yang didatangkan dari Tiongkok. Sekolahan ini berkembang dengan cepat dan tersebar diseluruh Nusantara. Tiong Hoa Hwee Kuan dikunjungi oleh seorang reformasi Tiongkok yang besar Kang Yu Wei, bahkan tulisan Tionghoa dari Tiong Hoa Hwee Kuan ditulis dengan pensil oleh Kang sendiri. Karena suksesnya dalam bidang pendidikan THHK kemudian menjadi lembaga pendidikan. Pemerintah kerajaan Qing mengirimkan para pejabat-pejabat pemerintahnya ke Hindia Belanda untuk membantu pendidikan Hua Yi, bahkan mereka memberi beasiswa untuk meneruskan pendidikannya ke universitas di daratan Tiongkok. Karena ini orang Tionghoa mau tidak mau berorientasi ke Tiongkok. Tidak seorangpun akan meragukan bahwa Tiong Hoa Hwee Kuan yang pertama-tama didirikan oleh Peranakan Tionghoa berpendidikan Barat hanya bisa sukses kalau mereka bekerja sama dengan golongan totok, baik dalam pengurusan pendidikan maupun dalam bidang finansial.
Kalau kita lihat usaha kegiatan dari Tiong Hoa Hwee Kuan, dapat disimpulkan bahwa Tiong Hoa Hwee Kuan adalah organisasi yang mendongkrak pikiran yang kuno dan tidak cocok dengan keadaan pada jamannya, lalu membangun pikiran-pikiran yang baru, guna kemajuan masyarakat Tionghoa, karenanya sejarah menganggap THHK sebagai ormas yang pertama di Indonesia yang menganjurkan “ Nation dan Character Building”. Tetapi tidak disebut demikian sebelum Perang Dunia II, karena pengertian tentang Ilmu Politik dan Tata Negara masih belum sampai disitu. Tetapi pendirian THHK mendapatkan sambutan yang baik dari semua golongan yang ada di Hindia Belanda dan mendirikan ormas-ormas yang serupa dengan THHK. Salah satu pemuka-pemuka Tionghoa Peranakan pendidikan Barat yang merupakan lokomotif dari pendirian THHK adalah ketuanya yang bernama Phoa Keng Hek. Phoa akan diangkat oleh Gubernur Jendral Belanda untuk menjadi Kapitan Tionghoa, tetapi beliau menolak fungsi yang tinggi itu, dengan alasan yang halus. Phoa mengerti fungsi sebagai kapitan Tionghoa, beliau tidak dapat dengan bebas mengabdi pada masyarakat Tionghoa. Nasionalisme Phoa yang terpengaruh oleh perkembangan nasionalisme di Tiongkok diantaranya, Kang Yu-Wei, Liang Chi-Chao dan Dr. Sun Yat-Sen, yang juga disebut oleh Bung Karno mempunyai pengaruh terhadap pandangan politik beliau.
Pendirian THHK adalah “Gerakan yang mengkhawatirkan” bagi penguasa Belanda, mereka takut kehilangan kontrol terhadap orang-orang Tionghoa dan dengan merasa terpaksa pemerintah Hindia Belanda membuka pendidikan khusus bagi orang Tionghoa yang terkenal dengan nama Hollandsch-Chineesche School (HCS) pada tahun 1908. Lulus dari HCS dapat meneruskan ke MULO dan lalu ke AMS untuk kemudian bisa meneruskan ke universitas. Dan menurut hukum orang Peranakan dimasukkan dalam onderdaan pemerintah Hindia Belanda. Dengan adanya HCS yang bisa meneruskan sekolahannya ke sekolah teknik menengah dan universitas, anak-anak dari peranakan kebanyakan masuk ke HCS dan anak-anak Totok tetap sekolah di THHK atau sekolahan Tionghoa lainnya yang baru mereka dirikan.
Contoh lain dari hasil yang baik dari kerjasama antar dua golongan Hua Yi ini, dapat dilihat di Rumah sakit-rumah sakit yang didirikan di kota-kota besar oleh para dokter peranakan Tionghoa seperti RS. Tiong Hoa Ie Wan di Semarang dan Surabaya ( yang di Semarang sekarang bernama RS. Telogo Rejo ), RS. Yang Seng Ie ( sekarang RS. Husada ) di Jakarta, Rs. Dr. Oen di Solo dsb. bisa berkembang baik karena kerja sama antar dua golongan masyarakat Peranakan dan Totok. Kerja sama ini tampak lebih jelas pada jaman modern sekarang ini.

Seperti di Surabaya kegiatan dari almarhum bapak Yap Eng Kie, seorang totok yang bekerja sosial untuk Tiong Hoa Ie Wan sampai akhir hidupnya. Demikian pula dalam mendirikan sekolah-sekolah rendah, menengah dan universitas di Indonesia melihatkan kerja sama yang unik antara golongan Totok dan Peranakan. Tidak salah kalau kita gunakan bahasa sepak bola, bahwa masyarakat Hua Yi di Indonesia merupakan sebuah team yang kuat dan indah dengan kekayaan jiwa yang besar. Mereka bermain dengan indah seperti bintang-bintang dilangit dan karena kwalitas yang tinggi mereka mendapatkan historical success.

Di Eropa civilisasi mereka ialah civilisasi perjuangan, katakanlah orang Eropa mempunyai agama, tetapi agama ini memberi kepuasan pada hatinya tetapi tidak pada otaknya. Dan filosofi mereka memberi kepuasan kepalanya tetapi tidak hatinya. Sifat perjuangan ini dapat kita lihat dalam banyak segmen-segmen penghidupan mereka, dari literatur, seni, politik dsb. Juga filosofi mereka tidak menunjukkan kesatuan, ambil seumpamanya Socrates adalah guru dari Plato, tetapi filosofi Plato bukan filosofi dengan nama socratoisme. Demikian pula dengan Aristoteles yang belajar dan hidup selama duapuluh tahun dengan Plato menamakan teorinya dengan namanya sendiri. Karena adanya kontradiksi-kontradiksi ini maka mereka mendapatkan kemajuan dalam bidang teknologi dan dalam banyak bidang keilmuan. Kemajuan dalam bidang materi tetapi kurang dalam bidang jasmani, kebalikan dengan Tiongkok ketenangan, kekayaan dalam jiwa, tetapi kurang dalam materi.

Dengan otak orang bisa merobah keadaan, kehidupan untuk kemajuan dengan penemuan-penemuan teknologi. Bisa dikatakan bahwa orang Tionghoa hidup sebagai anak kecil yang hidup dengan perasaan, tetapi jujur dan tidak kompleks, sama dimulut sesuai dihati. Dapat saya katakan dengan singkat bahwa Orang Tionghoa adalah seorang dewasa dengan hati anak. Seperti filsuf kenamaan Meng Ke (Mencius) mengatakan, apakah yang kami ini kehilangan? Beliau berkata: Orang itu pada siang hari mencari apa yang kehilangan, yang dia cari-cari disiang hari ini ialah hati seorang anak! Kejujuran dan spontanitas seorang anak.

Tetapi kalian akan setuju dengan saya bahwa identitas suatu bangsa, suku selalu berubah dengan perubahan waktu. Sifat-sifat dan norma-norma hidup yang kuno, sudah “tua” akan hilang dan akan datang manusia Tionghoa yang baru yang  sudah mengadaptasikan dengan keadaan dimana mereka tinggal atau pernah tinggal dengan jangka waktu yang lama. Yang datang ialah manusia Tionghoa yang modern dan progressif dengan orientasi diri ke jurusan Indonesia dan menerima Indonesia sebagai negaranya. Saya beranggapan bahwa kontradiksi antar kedua golongan ini dalam badan masyarakat Tionghoa janganlah lagi disebut-sebut, atau disentil-sentil pada faktor-faktor yang sensitif yang bisa menyebabkan perpecahan dalam dua kubu pro dan kontra, seperti yang sudah kita alami.  Kita harus mengerti bahwa kesuksesan dari persatuan ini tergantung pada motivasi dari Hua Yi!

Saya pernah berdiskusi dengan teman-teman saya, dimana saya katakan pada mereka bahwa perbedaan yang dulu-dulu adalah satu tahapan yang sudah dilewati! Perbedaan selalu akan timbul dalam perjalanan kehidupan manusia, dan kontradiksi yang timbul harus diselesaikan dalam suasana kekeluargaan dan diusahakan jangan sampai menjadi rumit. Saya mempunyai pendirian bahwa kwalitas dan hasil harus berjalan bersama, karenanya saya harap mengingat hal praktis dan sosial semua “konflik”dalam tubuh masyarakat Tionghoa secepatnya diselesaikan. Saya berpendapat bahwa satu kemiskinan kejiwaan kalau persatuan ini tidak berjalan dengan langgeng. Sebetulnya masyarakat Tionghoa adalah satu kesatuan yang pandai dan indah, mengapa tidak? Golongan yang dulu disebut Peranakan mempunyai intelektualitas, profesional yang tinggi dan golongan Totok mempunyai sifat busines kuat dan cara mengelolanya yang simpatik, maka permainan dalam lapangan sosial, budaya, economis dan politik perlu adanya pimpinan yang kharismatis dan pandai.

Analisa saya tersebut diatas tidak berdasarkan hanya dari satu kejadian yang sukses bahkan sukses yang sangat spektakuler dari THHK, tetapi kesuksesan pada banyak institusi-institusi dan ormas-ormas pada periode yang tidak sama dalam sejarah Indonesia. Yang perlu saya katakana disini ialah agar kerjasama itu perlu dilanggengkan dan dengan pengertian bahwa karena masing-masing golongan mempunyai kelebihan-kelebihan, persatuan mereka telah membuahkan kesuksesan yang besar dalam bidang sosial, budaya, kesehatan dan ekonomi bangsa dan negara Indonesia. Negara dimana mereka dilahirkan dan merasakan kecintaan dan kesenangan untuk menetap, sebagai home sweet home mereka.  Kami lihat bahwa universitas-universitas swasta dan rumah sakit-rumah sakit yang didirikan oleh masyarakat Tionghoa tetap berdiri dan berkembang baik dalam kwantitas maupun dalam kwalitas.

Dengan demikian dalam tubuh masyarakat Tionghoa tidak ada lagi pembagian antara Peranakan dan Totok yang ada ialah peranakanisasi dari orang-orang Tionghoa Totok. Perubahan yang prodresif ini sangat diperlukan tidak saja bagi WNI keturunan juga pada mayoritas, pemerintah dan media cetak pada umumnya. Perubahan yang tidak boleh ditunda bahkan sekarang juga harus ada perubahan yang saya maksudkan diatas.

Pada jaman Orde Baru semua sekolahan Tionghoa ditutup, dan orang Tionghoa "diharuskan" untuk mengganti namanya dengan nama Indonesia, dilarang mempertunjukan kebudayaan Tionghoa keluar, diluar rumah mereka dipaksa harus berbicara bahasa Indonesia. Paman dari istri saya, seorang Totok Hokjia bahasa Indonesianya lancar, juga teman teman saya (golongan seniornya) yang dulu hampir tidak kenal bahasa Indonesia, umumnya mereka bicara dalam bahasa “jawa ngoko” / jawa kasaran, sekarang lancar bicara bahasa Indonesia. Saya harus mengakui kekalahan saya dalam hal berbahasa Indonesia dari mereka. Generasi mudanya bersekolah di sekolah Indonesia , yang didirikan oleh golongan Peranakan. Dengan demikian mereka kenal sejarah dan kebudayaan Indonesia lebih baik dari ayah dan ibunya.
Tidak berkelebihan kalau saya katakan sesudah saya setiap tahun berkunjung ke Indonesia , terutama sesudah periode Gus Dur, terjadilah proses integrasi yang berjalan lancar. Bahkan dapat dikatakan bahwa situasi orang Tionghoa dalam hal sosial budayanya jauh lebih baik dari sebelumnya. Dalam pertanyaan saya pada generasi muda anaknya totok, banyak dari mereka yang tidak tahu lagi asal provinsi mereka di Tiongkok daratan. Diantara mereka ini sekarang banyak yang sekolah ke universitas dalam dan luar negeri. Banyak diantara mereka sesudah lulus tidak menerjunkan dirinya dalam usaha ayahnya tetapi bekerja di perusahan internasional asing dan bank-bank. Ada seorang pemuda lulusan USA yang berkata: “saya sekolah fakultas perekonomian, masa saya harus meneruskan perusahaan ayah saya jualan minyak di Semarang. Kan lebih baik sejak dulu saja saya kerjakan dan tidak usah ke USA untuk mendapatkan gelar ekonom. Mungkin saya sekarang sudah punya uang simpanan .”  Banyak generasi mudah lulusan universitas yang tidak mau kembali meneruskan pekerjaan ayahnya apalagi kalau didesa atau kota kecil, mereka lebih baik bekerja di Bank atau perusahan Multi Nasional di Jakarta atau Surabaya dan tidak sedikit jumlahnya yang menetap di Negara-negara Barat dan di Negara-negara maju lainnya. Terjadilah proses yang dinamakan Peranakanisasi dari generasi muda totok.
Bagaimanapun saya percaya pada hari depan Huayi, orang- orang Tionghoa dari segala golongan dan suku bisa tetap bersatu tiada perbedaan antara suku, Peranakan dan Totok, dengan persatuan ini mereka bisa meningkat dalam tangga masyarakat, baik dalam tingkat intelek, ekonomi dan budaya. Seperti keadaan pada jaman Orde Lama, kalian bisa membanggakan kebudayaan dan ekonomi, yang berguna bagi bangsa dan negara Indonesia , karena kalian masing-masing memepunyai kemampuan.  Reformasi yang dimulai oleh mantan presiden Abdulrachman Wahid dan pemerintahan selanjutnya dapat membantu dalam perkembangan  yang saya maksud diatas. Dengan perkataan singkat bisa saya jelaskan disini bahwa kerja sama, saling respek dan toleransi adalah satu kebenaran dimana kita bersama berusaha mengerjakan setiap hari.


Penutup

Sebagai penutup dari tulisan saya ini, yang dapat dipertanyakan adalah apakah problem dalam masyarakat Tionghoa adalah problem orang Tionghoa ataukah problem bangsa dan negara Indonesia ???
Jelas ini adalah problem bangsa dan negara Indonesia . Indonesia pada jaman reformasi ini akan menuju ke negara yang demokratis, stabil dan makmur. Dan ini hanya bisa terlaksana kalau semua rakyat, termasuk suku Tionghoa ikut dengan aktif dan banyak kreatifitas bekerja sama dengan segala suku yang ada di Indonesia . Hanya dengan kreatifitas dan efisiensi, ekonomi bisa berjalan dengan dinamis. Kemajuan materiil dari ekonomi ada hubungan erat dengan kepandaian manusia, karena itu Indonesia diharapkan berani memakai orang yang pandai tanpa pandang Ras nya !!!

Dr. Han Hwie-Song
Breda 9 Juni 2008  Nederland
======
Admin Note : 
Dr. Han adalah kelahiran Surabaya sampai akhirnya beliau pindah ke Hong Kong dan akhirnya menetap di Nederland disana karena pengabdiannya beliau di hadiahi Bintang Penghargaan oleh Ratu Belanda tetapi Semangat dan Pikiran beliau masihlah tertuju pada Indonesia sehingga beliau masih banyak menulis artikel ttg Indonesia.Ini semua bisa dibaca dalam Memoar DR. Han Hwie Song ( seperti pada foto ini ) . Kami secara pribadi mengenal beliau , sampai pada akhirnya beliau direnggut hidupnya oleh Tumor Otak tetapi penyakitnya seperti tidak dirasakan dan beliau tetaplah menulis artikel utk dikirimkan ke berbagai media di seluruh dunia dan beliau berhasil menyelesaikan Buku Memoarnya . Kami Salut atas dedikasi , ketabahan dan kesabaran beliau .