Minggu, 06 Oktober 2013

PERESMIAN MUSEUM PERANAKAN TIONGHOA INDONESIA


Bertepatan pada hari kemerdekaan RI yang ke 68, Museum Peranakan Tionghoa Indonesia yang digelar oleh YLBTI (Yayasan Lestari Budaya Tionghoa Indonesia) diresmikan. Museum Peranakan Tionghoa Indonesia bertempat di Museum Cheng Ho, sebelah Museum Hakka, di anjungan Taman Budaya Tionghoa Indonesia  - Taman Mini Indonesia Indah.  Acara pertama adalah pengerekan Sang Saka Merah Putih yang dihadiri oleh undangan (sekitar 500 orang) yang terdiri dari para tokoh Tionghoa dari berbagai perkumpulan / asosiasi / paguyuban.  

Seusai acara Tujuh Belasan, acara berlanjut dengan permainan Barongsai dari grup Longhu, sumbangan pak Sudarman (Ketua Umum YLBTI).  
 
Melalui MC diumumkan Peresmian Museum Peranakan Tionghoa Indonesia yang berada
di bangunan museum Cheng Ho.
 
Jumlah tamu yang datang di luar perkiraan, sekitar 400 an mengunjungi peresmian Museum Peranakan Tionghoa ini. Thanks kepada bu Suyin, pak Wisnu, dan pak Bong Felix yang berkiprah hingga Museum ini dapat diresmikan. Terutama kepada bu Suyin yang merancang Museum ini mulai dari draft hingga pelaksanaannya (hingga pukul 2 malam bergadang). Para tamu mendapat majalah Jade secara gratis yang mengulas soal budaya dan adat istiadat keluarga peranakan Tionghoa Indonesia.
 
Di dalam ruang museum terbagi dalam 4 ruang ; depan kiri, cemce kiri, depan kanan, dan cemce kanan.
 
Di ruang depan kanan dipajang busana warga peranakan seperti baju kebaya dan kain sarung, lemari Tui Houw, serta buku kumpulan karya sastrawan peranakan terbitan Pustaka Gramedia.
 
Di lahan cemce kiri terdapat panel para pejuang warga Tionghoa dalam bentuk foto dan caption - baik di bidang politik seperti Souw Giok Chan, Ang Yang Goan, Lim Koen Hian, Yap Tjwan Bing, Oei Tjong Hauw, Oei Tiang Tjoen, Tan Eng Hoat dan lain lain.  Didepan sekali terpajang foto Kwee Tek Hoay beserta isteri, beliau sastrawan Tionghoa terkenal, selain sebagai penulis, beliau juga sebagai penerbit majalah Panorama, dan sebagai pendorong Sam Kauw. 
Banyak pemuda Tionghoa baru sadar ketika melihat panel panel ini bahwa pini sepuh Tionghoa sudah berkiprah di bidang politik, ketatanegaraan, dan sastra jauh sebelum Indonesia merdeka, juga terdapat warga Tionghoa yang menjadi pejuang kemerdekaan - suatu hal yang tak terpikirkan mereka - akibat orde baru yang menempatkan warga Tionghoa hanya sebagai pedagang. 
Ki-Ka: Sudarman, Tjandra, Tony, dan Teddy Jusuf.
Acara ini dimeriahkan pula dengan atraksi barongsai di depan museum Hakka.
 
Pada kesempatan yang sama Pak Teddy Yusuf dan Pak Sudarman memberikan hadiah kepada juara 1, 2, dan 3 Lomba Foto Kemerdekaan RI yang diselenggarakan oleh YLBTI. Memang Museum ini belumlah lengkap, masih memerlukan sumbangan dari para pemerhati Budaya Tionghoa, apakah dalam bentuk benda atau uang.
 
Ki-ka: Suyin, Tony, Harianto, dan Sudarman.
Pada bangunan sisi Timur diselenggarakan pagelaran Wayang Potehi yang mengundang minat pengunjung untuk menyaksikan episode Sie Jin Kwie.
 





.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar